Sunday, April 21, 2013

PENATARAN USTADZ/AH TINGKAT DASAR SE-DEPOK

PENATARAN USTADZ/AH TKA-TPA TINGKAT DASAR SE-DEPOK

(Sleman): Badan Koordinasi (BADKO) TKA-TPA Rayon Depok mengadakan Penataran Ustadz/ah Tingkat Dasar dengan materi “Manajemen dan Pengelolaan Kelas” bagi Ustadz/ah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) seluruh Rayon Depok pada hari Minggu (21/04) bertempat di TPA Babul ‘Ulum Janti. Kegiatan ini merupakan salah satu program Biro Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) BADKO TKA-TPA Rayon Depok. Kegiatan yang diikuti oleh 85 peserta ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas Ustadz/ah dan menambah wawasan dalam hal manajemen dan pengelolaan kelas secara t
BADKO CREW
epat dan efektif supaya kegiatan belajar mengajar lebih tepat sasaran sesuai target yang harus dicapai. Kegiatan ini mendatangkan dua pemateri yaitu Oki Subekti dari Pengurus BADKO Rayon Kota dan Mukhlisul Fatih Penulis buku ‘Pengetahuan Islam Anak Muslim’. Oki mengatakan,”Dalam pengajaran TKA-TPA harus memiliki target pokok dan juga target penunjang, ia juga mengatakan bahwa diperlukan juga Sumber Daya Muslim (SDM) yang melibatkan Leader (Direktur), Educator (Pengajar), Inovator (Pengelola), dan Motivator (Wali Santri dan Masyarakat) untuk meningkatkan kualitas TPA”. Sedangkan pemateri kedua, Mukhlisul Fatih mengatakan,”Pengajaran IQRO yang paling penting ada di tingkat Iqro 1 dan 4, meskipun yang lainnya juga penting. Kedua tingkat ini harusnya dipegang oleh pengajar yang benar-benar kompeten supaya di tingkat selanjutnya santriwan-santriwati bisa lebih mudah untuk membaca dengan baik dan benar”. “Apabila hal ini berhasil diterapkan maka akan lebih mudah untuk mengajarkan Iqro pada santri di tingkat selanjutnya terutama di tingkat Al-qur’an” imbuhnya.


Pengirim:
Haris Mansur
Biro Humas TKA-TPA Rayon Depok-Sleman
Yogyakarta


Friday, April 12, 2013

F-BOM Menjadi Cerita-ku

Sunday, 7 April 2013
F-BOM Menjadi Ceritaku-ku
F-BOM Crew
Pagi itu masih samar-samar karena nyawaku yang belum sepenuhnya menyatu dengan ragaku, seiring udaranya yang masih segar mempengaruhi mataku untuk tetap terpejam. Rasa ngantuk pun memberikan nikmat tersendiri bagiku pagi itu. Namun aku paksakan untuk tetap terjaga karena hari ini tidak boleh males-malesan. Aku pun mempersiapkan diri, mengganti pakaian dengan kemeja batik hijauku, meskipun statusnya masih ngebon alias belum dibayar. Hehe,,, Ku melewati jalan raya solo kondisi kendaraan di jalan yang masih teratur membuatku semakin bersemangat. Ku pacu sepeda jengki-ku sambil menyanyikan beberapa irama lagu menuju tempat berjuang hari ini. Hari ini adalah puncak acara F-BOM, tentunya penasaran kan? Apa sih F-BOM? Merek sabun kah? Hanya hitungan menit aku pun sudah sampai di lokasi. Ku lihat sudah banyak orang di sini karena acara F-BOM bersamaan dengan Islamic Book Fair (IBF). Nah, F-BOM adalah salah satu rangkaian acara yang ada dalam pameran tersebut. Pihak penyelanggara IBF menggandeng BADKO Rayon Depok untuk menghandle agenda lomba islami seperti sebelumnya yang sudah pernah dilakukan di GOR UNY bersama Syaka Even Organizer, yang dinamakan F-BOM ke-1.
Sekitar 4 orang yang mengenakan batik hijau lorek putih aku amati dari jauh, sepertinya mereka tengah sibuk mempersiapkan tempat untuk peserta lomba. Sebagian mulai menggelar tikar di depan panggung untuk tempat duduk para peserta lomba, ada juga yang mengangkat kursi untuk dipindahkan sementara. Hanya seorang yang tidak mengenakan baju hijau saat itu, Pak Kushartanto. Beliau adalah sosok yang patut dijadikan idola. Meski sudah berkeluarga tetapi semangat berjuangnya sangat menggebu-gebu, datang selalu tepat waktu dan paling rajin mendatangi rapat. Belum ada duanya pokoknya. “Beliau sudah berkeluarga, betapa repot dan banyaknya urusan di rumah. Tetapi masih menyisihkan waktu untuk kegiatan ini. Semoga hidupnya semakin berkah pak..!” gumamku sambil mengangkat satu tikar berwarna hijau dan menghamparkannya.
Ada Dedi, Pandu, Harno,,, aku agak kaget dan kagum juga. Ternyata mereka bisa bangun pagi juga yaaa..hehe.. Aku pun menyapa mereka dengan uluk salam dan aku sodorkan telapak tanganku untuk mengajak bersalaman. Aku pun langsung ikut campur dan berusaha untuk membantu mereka mempersiapkan semua. Aku salah satu panitia penyelanggara F-BOM kali ini. Aku ditugaskan sebagai Humas dan PJ lomba adzan dalam kepanitiaan kali ini. Tapi aku gak pengin dapatkan hal yang rumit, hanya terima jadinya aja. Lanjut.....
Oya, tugas humas menyebarkan pamflet lomba ke TPA-TPA untuk perekrutan peserta, tugas ini yang bakal menentukan lomba jalan atau tidaknya. Kerja team pun menjadi hal yang sangat penting untuk pekerjaan yang satu ini. Dan ini dilakukan jauh hari sebelumnya. Nah, sekarang di hari acaranya aku diberi tanggung jawab sebagai PJ adzan. Alhamdulillah peserta lumayan banyak, ada 19 anak yang berpartisipasi dalam lomba ini.
Semakin bertambahnya ketinggian matahari, jumlah peserta pun mulai banyak yang datang. Peserta harus melakukan daftar ulang untuk mendapatkan nomor peserta dan sebuah pin cantik. Walau sebenarnya gak terlalu bagus sih, tapi untuk anak-anak akan menjadi barang yang bersejarah nantinya. Setelah semua tempat untuk lomba sudah siap, registrasi pun di lakukan sesuai dengan PJ masing-masing. Aku pun ikut menjadi salah satu penerima peserta yang melakukan registrasi. Oya, aku bertemu temenku juga di pendaftaran, Ryo dan Ibnu. Dulu pernah bertemu di acara TPA juga. Ternyata mereka mengantarkan lomba santri-santrinya. Ada cerita lucu dari santrinya yang ikut lomba menggambar: Naysa namanya. Dia mutung (jawa) “Kenapa harus diselesaikan kalau memang gak juara” gumamnya sebagai ugkapan kekesalannya. Aku pun membatin “Maklum aja, masih anak-anak” kayaknya kebiasaan di rumahnya juga. Mungkin karena ortunya selalu memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Jadi belum terbiasa dengan arti sebuah perjuangan dalam mendapatkan sesuatu sama halnya dalam berkompetisi. “Ah, itu hanya opiniku saja, itu kan hanya salah satu proses pendewasaan. Pada saatnya juga ia akan mengerti.” Aku membatin.
Kronologi acaranya alhamdulillah lancar, walau pada akhir acara harus diguyur hujan yang cukup lebat. Berikut kronologinya:
Acara ini dibuka tepat pukul sembilan lebih sedikit, oleh ketua badko kabupaten sleman Bapak Mujiono S.Pd, sekaligus sambutan. Ada yang menarik dari apa yang disampaikan. Mungkin karena beliau seorang aktivis TPA juga menjadikan kesan sambutan yang formal menjadi lebih komunikatif dan santai. Apalagi pas beliau memberikan hadiah bagi peserta yang bisa menjawab pertanyaan yang beliau berikan. Ada dua buah pertanyaan yang beliau berikan beserta hadiah bagi yang berani maju untuk menjawab. Ada hal yang menarik dari sini ”Bukan hadiah yang menjadi tolak ukurnya, tapi keberanian untuk menjawab dan maju adalah lebih penting.” katanya. Semoga dengan partisipasi para santri dalam lomba tersebut dapat menjadikan pendidikan mental yang berani dan berprestasi, serta bekal untuk kehidupan masa depannya” imbuhnya.
Menjelang pengumuman hasil lomba diisi dongeng. Ditengah berlangsungnya dongeng,  hujan pun turun dengan derasnya. Sehingga peserta harus menyelamatkan diri ke daerah aman dari kejaran air yang ditiup angin sehingga atap tarub pun tidak mampu melindungi dengan sempura. Anak-anak pun naik ke atas panggung karena air yang mulai membasahi halaman. Acara ini diisi oleh seorang pendongeng Kak Mukhlisul Fatih, ia juga seorang penulis buku, salah satunya adalah tentang pedoman TKA-TPA untuk materi pengetahuan islam.
Kak Isul sedang memprovokasi para peserta Lomba
Pesannya sangat sederhana: bakat sehebat apapun kalau hanya di latih dan dikembangkan tapi jika tidak di kompetisikan tidak akan dikenal masyarakat apalagi menjadi juara. Oya ngomong-ngomong juara/prestasi harus ada 2 hal yang harus dipenuhi yaitu; kemauan dan kemampuan. Kemauan adalah minat untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan untuk mengorganisasikan potensi sumberdaya yang ada di sekitarnya untuk mengasilkan menfaat dan nilai tambah bagi lingkungannya (komunika;edisi 20;2). 
Ceritanya diawali dengan seeorang petualang yang hidup di hutan, suatu hari ia pingsan dan ditemukan oleh Tuan Kyai, kemudian ia sadar setelah Tuan Kyai memberi minuman susu yang sangat enak kepadanya. Dari sini sang petualang pun ingin mendapatkan susu yang lebih banyak. Akhirnya Tuan Kyai memberi nasihat agar sang petualang memelihara seekor sapi miliknya. Kebetulan sang Kyai adalah seorang peternak sapi di rumahnya, ia juga memiliki karyawan yang cukup banyak untuk mengurus sapi-sapinya. Karyawannya adalah para santri yang menimba ilmu di pesantrennya. Sampai akhirnya Tuan kiyai memberikan kepada sang petualang seekor sapi untuk dirawat. Akhirnya sapi itu dibawa pulang oleh sang Petualang tadi ke rumahnya untuk dipelihara. Benar, pada hitungan beberapa bulan sapi itupun tumbuh sehat dan gemuk. Namun, sapi tersebut tidak menghasilkan susu sama sekali. Hati Sang petualang pun kecewa sekaligus marah, kemudian ia mengadu kepada Tuan Kyai, tentang kejadian yang menimpanya. Karena tidak sesuai apa yang dijanjikan oleh Kyai, bahwa sapi itu akan menghasilkan susu yang sangat banyak. Percakapan pun terjadi antara Tuan Kyai dan sang petualang. Sampai akhirnya diketahuilah penyebab kenapa sapi itu tidak menghasilkan susu sama sekali. Penyebabnya adalah karena sang petualang tidak pernah memerah susu sapi itu. Pelajaran yang bisa dipetik dari cerita diatas, sudah saya tulis di pembuka ceritanya,,,hehehe
Kegiatan ini terdiri dari berbagai lomba, meliputi adzan, mewarnai, menggambar, kaligrafi, pildacil, dan tartil. Masing-masing mempunyai penanggung jawab (PJ) lombanya. Seperti lomba pada umumnya peserta terbanyak  di raih oleh lomba mewarnai dan menggambar. Tapi pada lomba kali ini tetap dibatasi jumlah pesertanya, karena alasan waktu yang terbatas juga. Maka semuanya harus bisa disiasati agar dapat berjalan dengan baik. Begitupun ketika ada yang mau daftar di hari H, kami (panitia) sudah menginfokan sebelumnya bahwa pendaftaran sudah ditutup. Karena jika hal ini terjadi akan mempengaruhi kefektifan kegiatan lomba, selain itu juga akan mempengaruhi semuanya dari konsumsi yang harus mencari tambahan, administrasi yang harus mengobrak abrik data... pengalaman langsung,,, ;-(
Penyerahan hadiah untuk pemenang Lomba pidato
Tepat pukul 13.30 WIB, detik-detik pengumuman pemenang lomba pun segera dimulai. Pengumuman lomba dipandu oleh kak Jo (Ahmad Prasojo). Pertama lomba mewarnai, hadiah diserahkan oleh ketua panitia F-Bom, Firmanto. Pemenang lomba menggambar diserahkan oleh bapak Kushartanto. Lomba tartil oleh Wildan. Adzan diserahkan oleh kak Wahyu (Ustadzah). Lomba kaligrafi oleh kak Aziz, lomba pildacil oleh kak Intan,,,(lupa namanya.com) Sorak sorai kegembiraan dibarengi dengan suara hujan yang sejak siang tadi mengguyur acara ini membuat suasana semakin meriah saja. Kegalauan para peserta lomba pun sudah terobati, meskipun ada yang belum beruntung untuk menjadi juara pada lomba kali ini.
Setelah selesai acara foto bersama pun tidak bisa lepas dari momen ini. Berbagai gaya narsispun memenuhi memori SLR yang dioperasikan oleh Mas Imam,, “Ustad juga boleh narsis kali” gumamku. Eitz,,, jangan lupa prinsip ”Kebersihan adalah sebagian dari iman yaaa”.. Aksi peduli lingkungan pun digiatkan secara bergotong-royong. Membersihkan lokasi dari sisa sampah yang berserakan. Kata-kata ini cukup ampuh untuk menggerakkan aksi ini. Hahaha.,,, Jangan cuma bisa menasihati santriny aja, tapi juga harus bisa memberi contoh berupa tindakan nyata yaaaa...
Evaluasi: 
“Mari kita buka dengan salam dan do’a sebelum makan...” gumamku. Karena sebuak kotak nasi sudah ada di depanku. Artinya waktu untuk makan sudah di depan mata. Tinggal buka mulut dan GOAL... evaluasinya ditunda dulu yaaa. Nunggu informasi dari panitia,,, Mungkin besok atau besoknya lagi,,,
Tunggu cerita-ku selanjutnya yaaa...

Curhatan Seorang Santri

Curhatan Seorang Santri
Ahad sore itu, langit mengguyurkan  hujan ke bumi dengan derasnya. Meskipun sudah sejak siang hujan turun tapi sampai sore hari pun belum ada tanda-tanda hujan akan reda. Setelah seharian ku habiskan di kegiatan lomba, karena aku menjadi panitia di acara IBF. Mengikuti acara sampai akhir pun mau gak mau harus dijalani. Tapi aku merasa iri dan kagum kepada anak-anak itu. Dengan membawa payung yang berwarna-warni, tas yang ada di pundak kirinya yang selalu membebaninya di kamis, sabtu dan ahad sore. Meskipun hujan, kondisi ini tidak mengurangi semangatnya untuk datang ke masjid, untuk memenuhi kewajibannya sebagai orang islam, yaitu menuntut ilmu agama. Ada 8 anak sore itu yang datang. Mereka para santri dengan penuh ikhlas, walau tak mengerti ikhlas itu apa, meluangkan waktu dan menggerakkan langkah kaki mereka untuk menuju majlis penuh ‘ilmu dan berkah meskipun harus melawan hujan.
Di kota pelajar ini, tidak hanya di daerah kotanya bahkan sampai ke pelosok desanya. Kegiatan TPA cukup familiar dan bukan hal yang asing lagi. Nampaknya nama TPA menjadi suatu tempat yang sangat cocok dimana anak-anak dari usia dini sampai remaja bisa menuntut ilmu di sini. Probelmatikanya adalah kurangnya relawan untuk menjadi pengajar dalam keberlangsungan proses belajar di TPA-TPA di kota ini. Mayoritas tenaga pengajar  di masing-masing TPA adalah orang asing/dari luar daerah yang notabene masih berstatus mahasiswa/pelajar. Sangat jarang menemukan pengajar yang berasal dari masyarakat sekitar atau penduduk setempat. Aku sangat mengapresiasi kepada semua kawan-kawan yang aktif baik kawan mahasiswa dan masyarakat setempat yang masih peduli terhadap keberlangsungan TPA. Ironisnya, seringkali anak-anak tidak tahu nama remaja  yang menjadi penduduk setempat, meskipun tahu orangnya. Karena kedekatan mereka tidak ada, satu-satuunya tempat ya di TPA ini. Tapi kepedulian remaja dan masyarakat terkadang kurang maksimal. Biasanya di sekolah-sekolah umum posisi anak yang belajar disebut siswa atau siswi, sedangkan di TPA anak-anak mendapatkan predikat santriwan dan santriwati. Pengajarnya biasa disebut Ustad dan Ustadzah.
Tepat pukul setengah lima sore pelajaran pun siap dimulai. Seperti biasa belajar dibuka dengan do’a bersama. Sebelum masuk ke pelajaran biasanya akan diisi dengan pengantar berupa tepuk-tepuk islami ataupun pertanyaan-pertanyaan ringan untuk mengingat pelajaran yang sudah pernah dipelajari di pertemuan sebelumnya.
“Santri...!”panggil seorang Ustadz sore itu yang tengah memulai pelajaran. Kondisi capek dan suara hujan yang cukup ramai membuat sore itu berbeda dengan biasanya. “Siapp...” jawab santri sebagian, yang sebagian lagi disibukkan dengan aktivitas mereka sendiri. Aku hanya mencoba memprovokasi supaya anak-anak mengikuti instruksi dari Ustadnya. Hubungan antara guru dan murid di TPA tidak berlaku, tapi hubungan  antara kaka dan adik lebih cocok karena kedekatannya. Seiring berjalannya kegiatan belajar tersebut. Banyak santri yang bercerita tentang kegiatan-kegiatan di sekolahnya, kenakalan temannya di sekolah atau tentang dirinya sendiri. Terkadang juga mencari perhatian dari Ustadnya dengan gaya mereka sendiri. Terkadang sebagian mengungkapkan langsung di sela-sela pengajian berlangsung tentang perasaannya. CURHAT lebih tepatnya, tapi versi anak.
Sore itu di sela-sela proses belajar belangsung, panggil saja Dina kelas tiga SD di salah satu Sekolah Negri di Jogjakarta, dia termasuk santri yang rajin di TPA tempat kami belajar;
Ia berkeluh kesah  ”Mas, malesi tenan ee, sesuk mangkat sekolah. Kudu nyiapke akeh banget”
“Lah ngopo, kudune seneng biso sinahu meneh. Biso ketemu koncone” tanggapanku dengan memaksakan diri menggunakan bahasa jawa.
“Ora enak e, mas. Kesel. Terus akeh tugas meneh,,,” tambahnya.
Aku pun terdiam, sambil mengingat-ingat masa dulu dimana aku masih duduk di bangku SD. Aku juga merasakan hal yang sama waktu itu. Perbedaan waktu dan latar belakang menjadi faktor yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Waktu itu, aku cenderung tidak terlalu menghiraukan tugas sekolah. Dulu aku lebih menghabiskan untuk bermain di siang hari dan nonton TV di malamnya. “Karena guruku kan baik hati, jadi jarang ngasih PR.”pembelaan batinku.
Keluhan-keluhan mereka terkadang tidak secara sengaja mereka sampaikan, namun seringkali terjadi ketika aku menanyakan “Kenapa jarang berangkat, tuh kan jadi lupa bacaannya?” atau “Kenapa kemarin gak berangkat” dari sini akan muncul berbagi macam jawaban yang merupakan problematika yang perlu untuk dipecahkan bersama. Melibatkan peran Pengurus TPA dan Ustadz/ahnya, Wali Santri, juga santri itu sendiri.
Di atas hanya salah satu dari berbagai curhatan santri yang sering kali ku dengar,,, Bagaimana dengan curhatan santrimu?

Wednesday, April 10, 2013

F-BOM KE-2

Kegiatan F-BOM di Wanitatama, hari Ahad, 07 April 2013. Bekerjasama dengan izza production pada acara Jogja Islamic Book Fair. Kami mengucapkan selamat dan sukses kepada para juara lomba. semoga menjadi suntikan semangat awal untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu dan terus berprestasi.

SAMAPAI JUMPA LAGI DI EVENT F-BOM SELANJUTNYA YAAAA,,,,

Monday, April 8, 2013

cerita kemarin

Tak Sebatas Nasihat
Sejak pukul 2 pagi Leha terbangun, karena suara alarm HP-nya berbunyi. Dengan begitu berat dia bangun, menggeser ke samping kanan dan kiri untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku. Karena kemarin ikut kerja bakti bersama ibu-ibu PKK. Kemudian Leha pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi setelah membersihkan dan merapikannya. Mengambil mukena untuk melaksanakan sholat malam seperti biasanya, apalagi besok pagi harus berangkat lebih awal karena beberapa pekerjaan kantornya yang harus dikerjakan. Setelah sholat, ia membaca al-qur’an sebentar dengan khusyu’ tak terasa air matanya pun menetes karena ayat-ayat yang dibacanya menyentuh hati, tapi memang sudah menjadi kebiasaannya ketika membaca al-qur’an dia menangis. Kagum akan keindahan ayat dan makna yang terkandung di dalamnya. Meski hanya membaca terjemahan, tapi maksud dari ayat yang dia baca pun mampu meruntuhkan hatinya dan seakan membekas.
Kemudian diambillah setumpuk berkas kantor yang belum terselesaikan. Ia pun memulainya dengan mengharap keridho’an Allah dan memulainya dengan basmallah. Dengan harapan semua pekerjaan yang ia lakukan akan mendapatkan keberkahan dan kemanfaatan. Tak terasa adzan subuh sudah terdengar tepat ketika tugas-tugasnya selesai. Sudah menjadi rutinitas kalau sholat di masjid, iapun segera merapikan dan mempersiapkan kebutuhan kerjanya.
Setelah subuh, ia mulai menyelesaikan pekerjakan rumahnya karena tidak mau merepotkan ibunya. Lagian ibunya sudah tahu dan mempercayakan semua pada Leha, anak tunggalnya. Ayahnya sudah meninggal ketika masih duduk di bangku SMP. Ibunya tidak mau menikah lagi mekipun pada saat itu usianya masih cukup muda, tapi cintanya kepada ayah Leha tak bisa ia bagi. Sehingga iapun menghidupi keluarganya seorang diri, sampai bisa menguliahkan anak tersayangnya. Dimulai dari berdagang jajanan anak di sekolah. sayuran sampai warung makan. Semua dilakukan tanpa mengeluh. Leha pun termasuk anak yang rajin dan taat kepada ibunya. Ia menjadi panutan dan contoh para Ia selalu membantu ibunya, meskipun ia masih sekolah. bahkan sampai ia kuliah pun, barang dagangan ibunya dibawa ke kampus dan menjualnya ke teman-teman kuliahnya. Keuntungannya pun lumayan semakin lama semakin laku. Akhirnya ia titipkan ke koperasi-koperasi dan kantin-kantin di sekolah dan kampusnya. Heheh,,, Subhanallah... sehingga sampai sekarang semenjak Leha sudah bekerja, ia ingin membahagiakan ibunya. Dan tidak ingin melihat ibunya terlalu capek, sehingga ia pun harus pandai membagi waktunya untuk bisa membantu ibunya sebisa mungkin. Sehingga ibunya tetap bisa melakukan ibadah tepat waktu. Karena yang terpenting bagi Leha adalah ibunya bisa beribadah dengan khusyu’ tanpa memikirkan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi ibunya dalam beribadah. Mengingat usia Ibunya yang sudah tidak muda lagi.
Setelah siap, ia pun mengayuh sepeda menuju kantor di mana ia harus bekerja. Lumayan menguras keringat juga. Tapi dengan niat dan tekad yang membaja, semua luluh lantah terkalahkan dengan mudah. Hari itu ia harus lebih menguras tenaga dibanding hari sebelumnya. Karena ia harus mewakili rapat pimpinannya, yang sedang keluar kota. Dalam rapat itu iapun menemukan banyak teman baru dan ilmu yang baru pastinya. Karena yang terpenting bagi dirinya adalah ilmu. Karena ilmu tak akan habis meskipun sudah dipelajari bertahun-tahun, karena ilmu bersifat berkembang dan selalu ada hal-hal baru yang harus di update supaya tidak kuper ataupun miskin pengetahuan dan informasi.
Setelah pulang dari kantor ia harus mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Biar sesibuk apapun kepeduliannya terhadap anak-anak tidak bisa dihentikan dengan hanya rasa capek. Kewajiban yang mendasarinya untuk selalu berusaha hadir tepat waktu meskipun terkadang harus terlambat karena urusan pekerjaannya. Kewajiban sebagai orang yang berilmu untuk mengajarkan kalimat illah supaya tetap terjaga dan kekal. Ini juga menjadi sebuah Kebutuhan baginya sebagai orang islam yang muballighah, juga merupakan salah satu ladang amal yang dapat menjadi tabungan di akhirat. Hal inilah yang selalu menjadi senjata dan benteng pertahanannya ketika masalah dan rasa capek datang menghampiri.
Pernah suatu hari ketika ia harus menghadiri rapat tentang TPA, hujan lebat pun turun dengan derasnya dan disertai bunyi petir yang menyambar-nyambar. Tapi ia tetap berusaha untuk tetap datang meskipun ia hanya sebentar karena harus mengikuti pengajian rutin yang sudah emnjadi rutinitasnya. Meskipun sudah lulus kuliah dan bekerja ia tetap berusaha istiqomah dalam belajar agama sebagai bekal hidup yang ia akan hadapi. Hal ini yang menjadi sorotan masyarakat tentang dirinya. Tidak hanya para pemuda sebayanya yang merasa segan dan menghormatinya, tapi para orang tua pun memiliki sikap yang sama terhadap Leha. Meskipun begitu Leha tetap berusaha merunduk, rendah diri dan tidak berusaha membedakan-bedakan satu dengan yang lainnya. Emua ia menanggai dengan wajar.
-======-
Semua kekaguman orang-orang berubah ketika sering rumahnya didatangi seorang pemuda asing. Satu dua hari Leha masih belum menyadari apa yang tengah masyarakat pikirkan tentang dirinya. Ia menjadi topik pembicaraan hangat di mana-mana. Hal ini tidak hanya orang-orang di rumahnya tapi di tempat kerjapun banyak yang membicarakan dirinya. Namun, teman baiknya Anis selalu menasihati Leha agar tetap bersikap biasa dan tidak terlalu mempedulikan sikap orang-orang. Dia mempertimbangkan nasihat dari Anis. Terkadang dia menanyakan pada dirinya apa yang sebenarnya terjadi padanya sehingga membuat orang-orang semakin memperkucilkannya.
Hal ini tidak membuat Leha runtuh dan menyerah. Justru ini ia jadikan sebagai motivasi untuk lebih giat lagi dalam beribadah dan melakukan hal yang lebih bermanfaat. Dia menambah kesibukannya supaya tidak terlalu terbawa suasana. Namun, semakin ia melakukan kesibukan cibiran orang-orang semakin jelas terdengar di telinganya. Kini ibunya sendiri terbawa oleh isu yang tengah beredar di masyarakat. Apalagi diatambah sikap Leha yang cenderung menjauh tidak seperti biasanya, menambah kecurigaan masyarakat terhadap dirinya.
Dan semakin hari pemuda itu pun semakin sering datang ke tempat Leha. Dan ini menjadi PR besar Leha untuk segera memberikan penjelasan kepada warga siapakah pemuda asing yang sering berkunjung ke rumah Leha.?
Sungguh kepedulian yang sangat besar terhadap Leha. Masyarakat ternyata sayang dan memperhatikan tidak hanya apa yang Leha lakukan di luar tapi sampai apa yang terjadi di rumahnya. Allah membuktikan betapa sayang kepada orang-orang yang ikhlas memperjuangkan agama Allah. Melalui orang-orang Leha mendapatkan teguran ketika sedang dekat dengan lawan jenis yang bukan muhrim.
Pemuda asing itu,,,?adalah sepupunya.
Pada suatu hari, kebetulan Leha tidak berangkat kerja. Setelah sholat ashar seperti biasa kegiatan TPA di masjid desanya semakin lama semakin ramai saja. Para santri pun sangat dengan materi yang disampaikan oleh Leha. Ini yang membuat rasa lelah dan capek terbayar dan lenyap. Tidak perlu gaji yang besar apalagi kendaraan inventaris, semua ia lakukan atas dasar keikhlasan dan niat memperjuangkan agama islam agar selalu tegak dan jaya.
Setelah selesai, ia pun pulang. Mampir sebentar di warung ibunya menjual dagangannya. Sudah waktunya ibu untuk berkemas membereskan barang dagangannya dan segera menutup warungnya. Waktu yang sudah sore, untuk segera menuju masjid. Karena adzan maghrib sudah mulai berkumandang. Jalan-jalan punmulai sepi dan warung kembali menutup diri, masjid-masjid ramai karena orang-orang berjama’ah. Sudah menjadi kebiasaan warga sekitar Leha tinggal jika meghrib rumah-rumah sepi. Karena berjama’ah di masjid, kesadaran akan keutamaan sholat berjama’ah mulai tumbuh setelah sekian lama perjuangan para ustadz. Karena dahulu kampungya terkenal dengan kegiatan yang kurang baik, banyak orang suka mencuri, menjambret, pemerkosaan. Namun, semakin lama kegiatan seperti itu sudah mulai terkikis dan masyarakat mulai sadar akan hidup bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain.
PHBI
Masuk bulan maulud warga mulai sibuk dengan meningkatkan kegiatan keagamaan seperti shedeqah kepada fakir miskin, pembacaan kitab al-barjanji secara bergilir di musholla-musholla bahkan sampai ke rumah-rumah. Dari anak-anak, remaja, bahkan sampai orang tua didasari dengan semangat dan rasa cinta kepada nabi tercinta Muhammad saw, semua dilakukan dengan suka cita tanpa keterpaksaan. Kegiatan pengajian untuk peringatan tersebut siap digelar. Panitia dibentuk untuk kelangsungan kegiatan tersebut. Acara puncaknya pada malam 12 rabi’ul awal. Kebetulan pas hari senin juga.
Leha kali ini dipercaya sebagai ketua panitia peringatan hari besar islam (PHBI) di kampungnya. Seperti tahun lalu dia juga dipercaya sebagai ketuanyya. Karena tidak ada lagi yang mau menerima. Lagian Leha yang paling dewasa diantara yang lain. Ibunya sangat mendukung apapun selagi itu untuk kemaslahatan umat. Leha pun mulai sibuk dengan membuat list kegiatan apa saja nanti yang akan disampaikan di rapat selanjutnya.
Ketika ia sedang membuat list di malam hari tiba-tiba ada suara salam dari balik pintu depan rumahnya. Dia agak ragu dan menunggu sampai ketukan itu terdengar lagi. Dan kini ia yakin kalau ada tamu. Dia pun merapikan diri sebentar dan menemui tamu tersebut. Dia agak kaget juga karena jarang sekali ada yang malam-malam bertamu di rumahnya. Di bukalah pintunya dan mempersilahkan dengan ramah. Mereka kemudian mengobrol kesana kemari. Nampak keakraban dua insan yang memiliki visi yang sama. Kedatangan pemuda tersebut juga menjadi waktu diskusi bagi Leha, Rahman namanya. Dia masih muda tapi pengetahuan agama dan umumnya sangat mumpuni dan tidak perlu diragukan. Saat ini ia masih berstatus mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama. Dengan status mahasiswa berprestasi ia bisa kuliah tanpa mengeluarkan biaya meskipun begitu orang tua masih tetap tetap memberikan kiriman setiap bulannya untuk kebutuhan mendadak. Rahman adalah partner kepanitiaan yang diketuai oleh Leha. Maksud kedatangan Rahman untuk menanyakan persiapan untuk kegiatan PHBI. Karena ia tergolong orang baru di lingkungan tersebut dan masih awam tentang konsep dan teknis kegiatan yang akan dilaksanakan. Supaya pada kegiatan nanti tidak lagi ada yang ditanyakan, minimal semua bekerja sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Banyak hal yang dibicarakan oleh mereka, dari pembicaraan kegiatan umat menyinggung juga kepada hal yang agak pribadi yaitu bab keluarga bahkan sampai tingkat negara. Kasus korupsi, bencana alam yang sedang menimpa negeri tercinta sampai demo-demo aksi mahasiswa karena menuntut rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM  dibatalkan. Semua menjadi topik hangat yang didiskusikan termasuk manfaat dan dampak pemberitaan tersebut.
Berbagai hal yang mereka bicarakan membuat mereka semakin akrab saja. Leha sudah menganggap Rahman seperti adiknya sendiri. Ibunya pun sudah menganggap Rahman seperti anak kandungnya. Karena saking seringnya main ke rumah dan ibu Leha cukup tahu latarbelakangnya. Di balik itu warga pun mulai ramai kembali dengan peberitaan hubungan Leha dan Rahman, bahkan di forum rapat pun terkadang ada yang melontarkan sindiran secara tidak langsung. Hal ini menjadi hal adalah yang kedua kalinya terjadi pada Leha.,,,
Leha pun yang awalnya tidak terlalu menggubris omongan orang-orang tentang dirinya, lambat laun ia pun terbawa suasana dan semakin tidak konsentrasi. Dalam pikirannya timbul pertanyaan, “kemana saja kau Leha? Nasihatmu yang dihiasi kata-kata bijak yang sering kau sampaikan kepada orang-orang kau langgar? Tidakkah kau sadar bahwa hubungan dengan bukan muhrim itu dilarang agama seperti yang kau dengung-dengungkan kepada orang-orang? Tapi kenapa seolah kau melanggar ucapan dan nasihat yang kau tularkan ke orang lain? Bukankah dalam agama islam mengajarkan untuk menyampaikan islam dengan hikmah(konsisten) dan penuh rahmat (kasih sayang)?” tiba-tiba dia terbangun dari lamunannya oleh bendahara kegiatan yang mau melaporkan pemasukan dana malam itu. Satu tetes air matanya pun menetes,,, tes...tes...tes...
......to be continued.
by penulis amatir