Friday, November 14, 2014

Pembinaan TPA bersama Kemenag Sleman

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Kemenag Sleman yang bekerjasama dengan BADKO Sleman. Dengan tujuan memberikan satu stimulan agar para pengajar TPA lebih inovatif dan lebih menarik ketika menyampaikan materi terhadap santriwan dan santriwati. Sehingga pengajaran dan pembelajaran yang ada di TPA tidak terkesan monoton dan membosankan.

Kali ini mengangkat tema makharijul huruf dengan pemateri Ibu Diah. Beliau merupakan alumnus fakultas syari’ah IAIN Sunan Kalijaga. Beliau adalah pendidik salah satu PAUD dan masih aktif di TPA. Penampilannya yang energik membuat para peserta lebih pay attention dan tidak membosankan. Dengan penyampaian contoh-contoh problematika yang memang semua peserta alami di masing-masing unit, semakin mudah diterima apa yang disampaikan oleh Ibu Diah.

Sebenarnya materi yang beliau sampaikan ada kaitannya dengan seni mengajar BCM (Belajar, Cerita, dan Menyanyi) yang pada pertemuan sebelumnya telah disampaikan oleh Kak Wuntat (Kepsek SDIT Salsabila 5 Purworejo). Tetapi lebih difokuskan di pemahaman tentang huruf dan makhrojnya.

Kegiatan yang diikuti oleh TPA dan lembaga keagamaan se Kabupaten Sleman tersebut selain untuk ajang silaturrahim antara pemerintah dengan unit, juga sebagai media untuk berbagi informasi tebaru tentang kebijakan dari pusat tentang kebijakan-kebijkan yang berkaitan dengan lembaga pendidikan keagamaan yang bersifat non formal.

Thursday, November 13, 2014

Pelatihan Mengenal Karakteristik Anak

BADKO Rayon Depok telah melaksanakan satu kegiatan yang penting pada hari Ahad, 9 November 2014 dengan mengangkat tema “Mengenal Karakteristik Anak” dengan harapan akan membawa pencerahan bagi para pejuang dan aktivis TKA-TPA se-Depok dalam menghadapi karakter yang ada pada anak didiknya.
Anak merupakan aset yang dimiliki bagi setiap keluarga dan bangsa.
Di dalam kehidupan anak memiliki karakter yang komplek dan dalam penanganannya juga membutuhkan cara yang tidak sama dengan penanganan pada anak remaja dan dewasa, sehingga ini menjadi salah satu pelatihan yang akan memecahkan persoalan yang ada di masing-masing unit sehingga nanti bisa saling bertukar pikiran sehingga bisa menemukan solusi terbaik.

Dengan mengundang psikolog dari sebuah LSM di Jogjakarta, peserta bisa berkonsultasi secara gamblang tentang permasalahan yang ada di TPA masing-masing. Panitia juga mengundang pakar TPA dari BADKO yogyakarta yang nanti bisa berbagi bagaimana menghubungkan antara anak yang ada di pendidikan formal dan pendidikan di TPA. Sehingga bisa ditemukan jalan tengah bagaimana pendidkan formal yang mengarah ke umum dan pendidikan TPA yang fokus di pendidikan agama. Dengan harapan keduanya bisa saling berkontribusi dan di anak tidak ada ketimpangan atau berat sebelah dalam menjalaninya.
Akhirnya cita-cita mewujudkan generasi penerus yang cerdas secara emosional dan intelektual bisa terwujud, sehingga tujuan membumikan al-qur’an tanpa mengesampingkan ilmu pengetahuan dapat tercapai. Amin.

Pemateri pertama, Ibu Elisa Fatimah, S.H., M.Si., membahas tentang perkembangan psikologi pada anak. Dengan berkembangnya teknologi informasi semakin menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan perkembangan psikologi pada anak yang tidak hanya akan mempengaruhi pada cara pikir anak. Sedangkan usia TKA maupun TPA merupakan usia yang sangat menentukan kesuksesannya di usia dewasa. Karena usia ini merupakan pondasi dimana para guru baik orangtua dan guru TPA menentukan pola pendidikan dan pendampingannnya terhadap anak.

Pemateri kedua, bapak Joko Prayitno, S. Psi. menyampaikan bagaimana menyelesaikan masalah yang ada di unit TKA-TPA yang ada. Masalah yang sangat dominan atau hampir di setiap unit TPA adalah tidak sebandingnya antara jumlah pengajar dan jumlah santri, sehingga terjadi kurang maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena SDM yang kurang memadai, karena di lapangan hampir pengajar TPA adalah pendatang yang statusnya adalah mahasiswa yang biasanya setelah mereka selesai menempuh studi akan kembali ke daerah asal atau kampung halamannya.
Kemudian ini berdampak pada berlangsungnya proses pembelajaran, lebih lagi apabila pengajar yang meninggalkan TPA tidak mencari pengganti. Ini juga menjadi masalah sendiri yang tidak mudah untuk diseleaikan sedangkan SDM lokal belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan TKA-TPA. Tentunya ini menjadi PR kita bersama yang perlu kita selesaikan dengan penanganan yang serius dan berkelanjutan. Akhirnya, panitia berharap semoga kegiatan ini menjadi pondasi awal kepada rekan-rekan untuk selalu bersemangat dalam berjuang membangun generasi qur’ani dan generasi yang berakhlaqul karimah. Amiin.