Monday, April 8, 2013

cerita kemarin

Tak Sebatas Nasihat
Sejak pukul 2 pagi Leha terbangun, karena suara alarm HP-nya berbunyi. Dengan begitu berat dia bangun, menggeser ke samping kanan dan kiri untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku. Karena kemarin ikut kerja bakti bersama ibu-ibu PKK. Kemudian Leha pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi setelah membersihkan dan merapikannya. Mengambil mukena untuk melaksanakan sholat malam seperti biasanya, apalagi besok pagi harus berangkat lebih awal karena beberapa pekerjaan kantornya yang harus dikerjakan. Setelah sholat, ia membaca al-qur’an sebentar dengan khusyu’ tak terasa air matanya pun menetes karena ayat-ayat yang dibacanya menyentuh hati, tapi memang sudah menjadi kebiasaannya ketika membaca al-qur’an dia menangis. Kagum akan keindahan ayat dan makna yang terkandung di dalamnya. Meski hanya membaca terjemahan, tapi maksud dari ayat yang dia baca pun mampu meruntuhkan hatinya dan seakan membekas.
Kemudian diambillah setumpuk berkas kantor yang belum terselesaikan. Ia pun memulainya dengan mengharap keridho’an Allah dan memulainya dengan basmallah. Dengan harapan semua pekerjaan yang ia lakukan akan mendapatkan keberkahan dan kemanfaatan. Tak terasa adzan subuh sudah terdengar tepat ketika tugas-tugasnya selesai. Sudah menjadi rutinitas kalau sholat di masjid, iapun segera merapikan dan mempersiapkan kebutuhan kerjanya.
Setelah subuh, ia mulai menyelesaikan pekerjakan rumahnya karena tidak mau merepotkan ibunya. Lagian ibunya sudah tahu dan mempercayakan semua pada Leha, anak tunggalnya. Ayahnya sudah meninggal ketika masih duduk di bangku SMP. Ibunya tidak mau menikah lagi mekipun pada saat itu usianya masih cukup muda, tapi cintanya kepada ayah Leha tak bisa ia bagi. Sehingga iapun menghidupi keluarganya seorang diri, sampai bisa menguliahkan anak tersayangnya. Dimulai dari berdagang jajanan anak di sekolah. sayuran sampai warung makan. Semua dilakukan tanpa mengeluh. Leha pun termasuk anak yang rajin dan taat kepada ibunya. Ia menjadi panutan dan contoh para Ia selalu membantu ibunya, meskipun ia masih sekolah. bahkan sampai ia kuliah pun, barang dagangan ibunya dibawa ke kampus dan menjualnya ke teman-teman kuliahnya. Keuntungannya pun lumayan semakin lama semakin laku. Akhirnya ia titipkan ke koperasi-koperasi dan kantin-kantin di sekolah dan kampusnya. Heheh,,, Subhanallah... sehingga sampai sekarang semenjak Leha sudah bekerja, ia ingin membahagiakan ibunya. Dan tidak ingin melihat ibunya terlalu capek, sehingga ia pun harus pandai membagi waktunya untuk bisa membantu ibunya sebisa mungkin. Sehingga ibunya tetap bisa melakukan ibadah tepat waktu. Karena yang terpenting bagi Leha adalah ibunya bisa beribadah dengan khusyu’ tanpa memikirkan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi ibunya dalam beribadah. Mengingat usia Ibunya yang sudah tidak muda lagi.
Setelah siap, ia pun mengayuh sepeda menuju kantor di mana ia harus bekerja. Lumayan menguras keringat juga. Tapi dengan niat dan tekad yang membaja, semua luluh lantah terkalahkan dengan mudah. Hari itu ia harus lebih menguras tenaga dibanding hari sebelumnya. Karena ia harus mewakili rapat pimpinannya, yang sedang keluar kota. Dalam rapat itu iapun menemukan banyak teman baru dan ilmu yang baru pastinya. Karena yang terpenting bagi dirinya adalah ilmu. Karena ilmu tak akan habis meskipun sudah dipelajari bertahun-tahun, karena ilmu bersifat berkembang dan selalu ada hal-hal baru yang harus di update supaya tidak kuper ataupun miskin pengetahuan dan informasi.
Setelah pulang dari kantor ia harus mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Biar sesibuk apapun kepeduliannya terhadap anak-anak tidak bisa dihentikan dengan hanya rasa capek. Kewajiban yang mendasarinya untuk selalu berusaha hadir tepat waktu meskipun terkadang harus terlambat karena urusan pekerjaannya. Kewajiban sebagai orang yang berilmu untuk mengajarkan kalimat illah supaya tetap terjaga dan kekal. Ini juga menjadi sebuah Kebutuhan baginya sebagai orang islam yang muballighah, juga merupakan salah satu ladang amal yang dapat menjadi tabungan di akhirat. Hal inilah yang selalu menjadi senjata dan benteng pertahanannya ketika masalah dan rasa capek datang menghampiri.
Pernah suatu hari ketika ia harus menghadiri rapat tentang TPA, hujan lebat pun turun dengan derasnya dan disertai bunyi petir yang menyambar-nyambar. Tapi ia tetap berusaha untuk tetap datang meskipun ia hanya sebentar karena harus mengikuti pengajian rutin yang sudah emnjadi rutinitasnya. Meskipun sudah lulus kuliah dan bekerja ia tetap berusaha istiqomah dalam belajar agama sebagai bekal hidup yang ia akan hadapi. Hal ini yang menjadi sorotan masyarakat tentang dirinya. Tidak hanya para pemuda sebayanya yang merasa segan dan menghormatinya, tapi para orang tua pun memiliki sikap yang sama terhadap Leha. Meskipun begitu Leha tetap berusaha merunduk, rendah diri dan tidak berusaha membedakan-bedakan satu dengan yang lainnya. Emua ia menanggai dengan wajar.
-======-
Semua kekaguman orang-orang berubah ketika sering rumahnya didatangi seorang pemuda asing. Satu dua hari Leha masih belum menyadari apa yang tengah masyarakat pikirkan tentang dirinya. Ia menjadi topik pembicaraan hangat di mana-mana. Hal ini tidak hanya orang-orang di rumahnya tapi di tempat kerjapun banyak yang membicarakan dirinya. Namun, teman baiknya Anis selalu menasihati Leha agar tetap bersikap biasa dan tidak terlalu mempedulikan sikap orang-orang. Dia mempertimbangkan nasihat dari Anis. Terkadang dia menanyakan pada dirinya apa yang sebenarnya terjadi padanya sehingga membuat orang-orang semakin memperkucilkannya.
Hal ini tidak membuat Leha runtuh dan menyerah. Justru ini ia jadikan sebagai motivasi untuk lebih giat lagi dalam beribadah dan melakukan hal yang lebih bermanfaat. Dia menambah kesibukannya supaya tidak terlalu terbawa suasana. Namun, semakin ia melakukan kesibukan cibiran orang-orang semakin jelas terdengar di telinganya. Kini ibunya sendiri terbawa oleh isu yang tengah beredar di masyarakat. Apalagi diatambah sikap Leha yang cenderung menjauh tidak seperti biasanya, menambah kecurigaan masyarakat terhadap dirinya.
Dan semakin hari pemuda itu pun semakin sering datang ke tempat Leha. Dan ini menjadi PR besar Leha untuk segera memberikan penjelasan kepada warga siapakah pemuda asing yang sering berkunjung ke rumah Leha.?
Sungguh kepedulian yang sangat besar terhadap Leha. Masyarakat ternyata sayang dan memperhatikan tidak hanya apa yang Leha lakukan di luar tapi sampai apa yang terjadi di rumahnya. Allah membuktikan betapa sayang kepada orang-orang yang ikhlas memperjuangkan agama Allah. Melalui orang-orang Leha mendapatkan teguran ketika sedang dekat dengan lawan jenis yang bukan muhrim.
Pemuda asing itu,,,?adalah sepupunya.
Pada suatu hari, kebetulan Leha tidak berangkat kerja. Setelah sholat ashar seperti biasa kegiatan TPA di masjid desanya semakin lama semakin ramai saja. Para santri pun sangat dengan materi yang disampaikan oleh Leha. Ini yang membuat rasa lelah dan capek terbayar dan lenyap. Tidak perlu gaji yang besar apalagi kendaraan inventaris, semua ia lakukan atas dasar keikhlasan dan niat memperjuangkan agama islam agar selalu tegak dan jaya.
Setelah selesai, ia pun pulang. Mampir sebentar di warung ibunya menjual dagangannya. Sudah waktunya ibu untuk berkemas membereskan barang dagangannya dan segera menutup warungnya. Waktu yang sudah sore, untuk segera menuju masjid. Karena adzan maghrib sudah mulai berkumandang. Jalan-jalan punmulai sepi dan warung kembali menutup diri, masjid-masjid ramai karena orang-orang berjama’ah. Sudah menjadi kebiasaan warga sekitar Leha tinggal jika meghrib rumah-rumah sepi. Karena berjama’ah di masjid, kesadaran akan keutamaan sholat berjama’ah mulai tumbuh setelah sekian lama perjuangan para ustadz. Karena dahulu kampungya terkenal dengan kegiatan yang kurang baik, banyak orang suka mencuri, menjambret, pemerkosaan. Namun, semakin lama kegiatan seperti itu sudah mulai terkikis dan masyarakat mulai sadar akan hidup bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain.
PHBI
Masuk bulan maulud warga mulai sibuk dengan meningkatkan kegiatan keagamaan seperti shedeqah kepada fakir miskin, pembacaan kitab al-barjanji secara bergilir di musholla-musholla bahkan sampai ke rumah-rumah. Dari anak-anak, remaja, bahkan sampai orang tua didasari dengan semangat dan rasa cinta kepada nabi tercinta Muhammad saw, semua dilakukan dengan suka cita tanpa keterpaksaan. Kegiatan pengajian untuk peringatan tersebut siap digelar. Panitia dibentuk untuk kelangsungan kegiatan tersebut. Acara puncaknya pada malam 12 rabi’ul awal. Kebetulan pas hari senin juga.
Leha kali ini dipercaya sebagai ketua panitia peringatan hari besar islam (PHBI) di kampungnya. Seperti tahun lalu dia juga dipercaya sebagai ketuanyya. Karena tidak ada lagi yang mau menerima. Lagian Leha yang paling dewasa diantara yang lain. Ibunya sangat mendukung apapun selagi itu untuk kemaslahatan umat. Leha pun mulai sibuk dengan membuat list kegiatan apa saja nanti yang akan disampaikan di rapat selanjutnya.
Ketika ia sedang membuat list di malam hari tiba-tiba ada suara salam dari balik pintu depan rumahnya. Dia agak ragu dan menunggu sampai ketukan itu terdengar lagi. Dan kini ia yakin kalau ada tamu. Dia pun merapikan diri sebentar dan menemui tamu tersebut. Dia agak kaget juga karena jarang sekali ada yang malam-malam bertamu di rumahnya. Di bukalah pintunya dan mempersilahkan dengan ramah. Mereka kemudian mengobrol kesana kemari. Nampak keakraban dua insan yang memiliki visi yang sama. Kedatangan pemuda tersebut juga menjadi waktu diskusi bagi Leha, Rahman namanya. Dia masih muda tapi pengetahuan agama dan umumnya sangat mumpuni dan tidak perlu diragukan. Saat ini ia masih berstatus mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama. Dengan status mahasiswa berprestasi ia bisa kuliah tanpa mengeluarkan biaya meskipun begitu orang tua masih tetap tetap memberikan kiriman setiap bulannya untuk kebutuhan mendadak. Rahman adalah partner kepanitiaan yang diketuai oleh Leha. Maksud kedatangan Rahman untuk menanyakan persiapan untuk kegiatan PHBI. Karena ia tergolong orang baru di lingkungan tersebut dan masih awam tentang konsep dan teknis kegiatan yang akan dilaksanakan. Supaya pada kegiatan nanti tidak lagi ada yang ditanyakan, minimal semua bekerja sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Banyak hal yang dibicarakan oleh mereka, dari pembicaraan kegiatan umat menyinggung juga kepada hal yang agak pribadi yaitu bab keluarga bahkan sampai tingkat negara. Kasus korupsi, bencana alam yang sedang menimpa negeri tercinta sampai demo-demo aksi mahasiswa karena menuntut rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM  dibatalkan. Semua menjadi topik hangat yang didiskusikan termasuk manfaat dan dampak pemberitaan tersebut.
Berbagai hal yang mereka bicarakan membuat mereka semakin akrab saja. Leha sudah menganggap Rahman seperti adiknya sendiri. Ibunya pun sudah menganggap Rahman seperti anak kandungnya. Karena saking seringnya main ke rumah dan ibu Leha cukup tahu latarbelakangnya. Di balik itu warga pun mulai ramai kembali dengan peberitaan hubungan Leha dan Rahman, bahkan di forum rapat pun terkadang ada yang melontarkan sindiran secara tidak langsung. Hal ini menjadi hal adalah yang kedua kalinya terjadi pada Leha.,,,
Leha pun yang awalnya tidak terlalu menggubris omongan orang-orang tentang dirinya, lambat laun ia pun terbawa suasana dan semakin tidak konsentrasi. Dalam pikirannya timbul pertanyaan, “kemana saja kau Leha? Nasihatmu yang dihiasi kata-kata bijak yang sering kau sampaikan kepada orang-orang kau langgar? Tidakkah kau sadar bahwa hubungan dengan bukan muhrim itu dilarang agama seperti yang kau dengung-dengungkan kepada orang-orang? Tapi kenapa seolah kau melanggar ucapan dan nasihat yang kau tularkan ke orang lain? Bukankah dalam agama islam mengajarkan untuk menyampaikan islam dengan hikmah(konsisten) dan penuh rahmat (kasih sayang)?” tiba-tiba dia terbangun dari lamunannya oleh bendahara kegiatan yang mau melaporkan pemasukan dana malam itu. Satu tetes air matanya pun menetes,,, tes...tes...tes...
......to be continued.
by penulis amatir


No comments:

Post a Comment