Sunday, 7 April 2013
Pagi itu masih samar-samar karena nyawaku yang belum
sepenuhnya menyatu dengan ragaku, seiring udaranya yang masih segar
mempengaruhi mataku untuk tetap terpejam. Rasa ngantuk pun memberikan nikmat tersendiri
bagiku pagi itu. Namun aku paksakan untuk tetap terjaga karena hari ini tidak
boleh males-malesan. Aku pun mempersiapkan diri, mengganti pakaian dengan
kemeja batik hijauku, meskipun statusnya masih ngebon alias belum dibayar. Hehe,,,
Ku melewati jalan raya solo kondisi kendaraan di jalan yang masih teratur membuatku
semakin bersemangat. Ku pacu sepeda jengki-ku sambil menyanyikan beberapa irama
lagu menuju tempat berjuang hari ini. Hari ini adalah puncak acara F-BOM,
tentunya penasaran kan? Apa sih F-BOM? Merek sabun kah? Hanya hitungan menit
aku pun sudah sampai di lokasi. Ku lihat sudah banyak orang di sini karena
acara F-BOM bersamaan dengan Islamic Book Fair (IBF). Nah, F-BOM adalah salah
satu rangkaian acara yang ada dalam pameran tersebut. Pihak penyelanggara IBF
menggandeng BADKO Rayon Depok untuk menghandle agenda lomba islami seperti
sebelumnya yang sudah pernah dilakukan di GOR UNY bersama Syaka Even Organizer,
yang dinamakan F-BOM ke-1.
Sekitar 4 orang yang mengenakan batik hijau lorek putih aku
amati dari jauh, sepertinya mereka tengah sibuk mempersiapkan tempat untuk
peserta lomba. Sebagian mulai menggelar tikar di depan panggung untuk tempat
duduk para peserta lomba, ada juga yang mengangkat kursi untuk dipindahkan
sementara. Hanya seorang yang tidak mengenakan baju hijau saat itu, Pak
Kushartanto. Beliau adalah sosok yang patut dijadikan idola. Meski sudah
berkeluarga tetapi semangat berjuangnya sangat menggebu-gebu, datang selalu
tepat waktu dan paling rajin mendatangi rapat. Belum ada duanya pokoknya. “Beliau
sudah berkeluarga, betapa repot dan banyaknya urusan di rumah. Tetapi masih
menyisihkan waktu untuk kegiatan ini. Semoga hidupnya semakin berkah pak..!”
gumamku sambil mengangkat satu tikar berwarna hijau dan menghamparkannya.
Ada Dedi, Pandu, Harno,,, aku agak kaget dan kagum juga. Ternyata
mereka bisa bangun pagi juga yaaa..hehe.. Aku pun menyapa mereka dengan uluk
salam dan aku sodorkan telapak tanganku untuk mengajak bersalaman. Aku pun
langsung ikut campur dan berusaha untuk membantu mereka mempersiapkan semua.
Aku salah satu panitia penyelanggara F-BOM kali ini. Aku ditugaskan sebagai
Humas dan PJ lomba adzan dalam kepanitiaan kali ini. Tapi aku gak pengin
dapatkan hal yang rumit, hanya terima jadinya aja. Lanjut.....
Oya, tugas humas menyebarkan pamflet lomba ke TPA-TPA untuk
perekrutan peserta, tugas ini yang bakal menentukan lomba jalan atau tidaknya.
Kerja team pun menjadi hal yang sangat penting untuk pekerjaan yang satu ini. Dan
ini dilakukan jauh hari sebelumnya. Nah, sekarang di hari acaranya aku diberi
tanggung jawab sebagai PJ adzan. Alhamdulillah peserta lumayan banyak, ada 19
anak yang berpartisipasi dalam lomba ini.
Semakin bertambahnya ketinggian matahari, jumlah peserta pun
mulai banyak yang datang. Peserta harus melakukan daftar ulang untuk
mendapatkan nomor peserta dan sebuah pin cantik. Walau sebenarnya gak terlalu
bagus sih, tapi untuk anak-anak akan menjadi barang yang bersejarah nantinya. Setelah
semua tempat untuk lomba sudah siap, registrasi pun di lakukan sesuai dengan PJ
masing-masing. Aku pun ikut menjadi salah satu penerima peserta yang melakukan
registrasi. Oya, aku bertemu temenku juga di pendaftaran, Ryo dan Ibnu. Dulu
pernah bertemu di acara TPA juga. Ternyata mereka mengantarkan lomba santri-santrinya.
Ada cerita lucu dari santrinya yang ikut lomba menggambar: Naysa namanya. Dia
mutung (jawa) “Kenapa harus diselesaikan kalau memang gak juara” gumamnya
sebagai ugkapan kekesalannya. Aku pun membatin “Maklum aja, masih anak-anak”
kayaknya kebiasaan di rumahnya juga. Mungkin karena ortunya selalu memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Jadi belum terbiasa dengan arti sebuah perjuangan
dalam mendapatkan sesuatu sama halnya dalam berkompetisi. “Ah, itu hanya opiniku
saja, itu kan hanya salah satu proses pendewasaan. Pada saatnya juga ia akan
mengerti.” Aku membatin.
Kronologi acaranya alhamdulillah lancar, walau pada akhir
acara harus diguyur hujan yang cukup lebat. Berikut kronologinya:
Acara ini dibuka tepat pukul sembilan lebih sedikit, oleh
ketua badko kabupaten sleman Bapak Mujiono S.Pd, sekaligus sambutan. Ada yang
menarik dari apa yang disampaikan. Mungkin karena beliau seorang aktivis TPA
juga menjadikan kesan sambutan yang formal menjadi lebih komunikatif dan
santai. Apalagi pas beliau memberikan hadiah bagi peserta yang bisa menjawab
pertanyaan yang beliau berikan. Ada dua buah pertanyaan yang beliau berikan
beserta hadiah bagi yang berani maju untuk menjawab. Ada hal yang menarik dari
sini ”Bukan hadiah yang menjadi tolak ukurnya, tapi keberanian untuk menjawab
dan maju adalah lebih penting.” katanya. Semoga dengan partisipasi para santri
dalam lomba tersebut dapat menjadikan pendidikan mental yang berani dan
berprestasi, serta bekal untuk kehidupan masa depannya” imbuhnya.
Menjelang pengumuman hasil lomba diisi dongeng. Ditengah
berlangsungnya dongeng, hujan pun turun
dengan derasnya. Sehingga peserta harus menyelamatkan diri ke daerah aman dari
kejaran air yang ditiup angin sehingga atap tarub pun tidak mampu melindungi
dengan sempura. Anak-anak pun naik ke atas panggung karena air yang mulai
membasahi halaman. Acara ini diisi oleh seorang pendongeng Kak Mukhlisul Fatih,
ia juga seorang penulis buku, salah satunya adalah tentang pedoman TKA-TPA
untuk materi pengetahuan islam.
Kak Isul sedang memprovokasi para peserta Lomba |
Pesannya sangat sederhana: bakat sehebat apapun kalau hanya
di latih dan dikembangkan tapi jika tidak di kompetisikan tidak akan dikenal
masyarakat apalagi menjadi juara. Oya ngomong-ngomong juara/prestasi harus ada
2 hal yang harus dipenuhi yaitu; kemauan dan kemampuan. Kemauan adalah minat
untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan
untuk mengorganisasikan potensi sumberdaya yang ada di sekitarnya untuk
mengasilkan menfaat dan nilai tambah bagi lingkungannya (komunika;edisi 20;2).
Ceritanya diawali dengan seeorang petualang yang hidup di
hutan, suatu hari ia pingsan dan ditemukan oleh Tuan Kyai, kemudian ia sadar
setelah Tuan Kyai memberi minuman susu yang sangat enak kepadanya. Dari sini
sang petualang pun ingin mendapatkan susu yang lebih banyak. Akhirnya Tuan Kyai
memberi nasihat agar sang petualang memelihara seekor sapi miliknya. Kebetulan
sang Kyai adalah seorang peternak sapi di rumahnya, ia juga memiliki karyawan
yang cukup banyak untuk mengurus sapi-sapinya. Karyawannya adalah para santri
yang menimba ilmu di pesantrennya. Sampai akhirnya Tuan kiyai memberikan kepada
sang petualang seekor sapi untuk dirawat. Akhirnya sapi itu dibawa pulang oleh
sang Petualang tadi ke rumahnya untuk dipelihara. Benar, pada hitungan beberapa
bulan sapi itupun tumbuh sehat dan gemuk. Namun, sapi tersebut tidak
menghasilkan susu sama sekali. Hati Sang petualang pun kecewa sekaligus marah,
kemudian ia mengadu kepada Tuan Kyai, tentang kejadian yang menimpanya. Karena
tidak sesuai apa yang dijanjikan oleh Kyai, bahwa sapi itu akan menghasilkan
susu yang sangat banyak. Percakapan pun terjadi antara Tuan Kyai dan sang
petualang. Sampai akhirnya diketahuilah penyebab kenapa sapi itu tidak
menghasilkan susu sama sekali. Penyebabnya adalah karena sang petualang tidak
pernah memerah susu sapi itu. Pelajaran yang bisa dipetik dari cerita diatas,
sudah saya tulis di pembuka ceritanya,,,hehehe
Kegiatan ini terdiri dari berbagai lomba, meliputi adzan,
mewarnai, menggambar, kaligrafi, pildacil, dan tartil. Masing-masing mempunyai
penanggung jawab (PJ) lombanya. Seperti lomba pada umumnya peserta
terbanyak di raih oleh lomba mewarnai
dan menggambar. Tapi pada lomba kali ini tetap dibatasi jumlah pesertanya,
karena alasan waktu yang terbatas juga. Maka semuanya harus bisa disiasati agar
dapat berjalan dengan baik. Begitupun ketika ada yang mau daftar di hari H,
kami (panitia) sudah menginfokan sebelumnya bahwa pendaftaran sudah ditutup.
Karena jika hal ini terjadi akan mempengaruhi kefektifan kegiatan lomba, selain
itu juga akan mempengaruhi semuanya dari konsumsi yang harus mencari tambahan,
administrasi yang harus mengobrak abrik data... pengalaman langsung,,, ;-(
Penyerahan hadiah untuk pemenang Lomba pidato |
Tepat pukul 13.30 WIB, detik-detik pengumuman pemenang lomba
pun segera dimulai. Pengumuman lomba dipandu oleh kak Jo (Ahmad Prasojo).
Pertama lomba mewarnai, hadiah diserahkan oleh ketua panitia F-Bom, Firmanto.
Pemenang lomba menggambar diserahkan oleh bapak Kushartanto. Lomba tartil oleh Wildan.
Adzan diserahkan oleh kak Wahyu (Ustadzah). Lomba kaligrafi oleh kak Aziz,
lomba pildacil oleh kak Intan,,,(lupa namanya.com) Sorak sorai kegembiraan
dibarengi dengan suara hujan yang sejak siang tadi mengguyur acara ini membuat
suasana semakin meriah saja. Kegalauan para peserta lomba pun sudah terobati,
meskipun ada yang belum beruntung untuk menjadi juara pada lomba kali ini.
Setelah selesai acara foto bersama pun tidak bisa lepas dari
momen ini. Berbagai gaya narsispun memenuhi memori SLR yang dioperasikan oleh
Mas Imam,, “Ustad juga boleh narsis kali” gumamku. Eitz,,, jangan lupa prinsip
”Kebersihan adalah sebagian dari iman yaaa”.. Aksi peduli lingkungan pun
digiatkan secara bergotong-royong. Membersihkan lokasi dari sisa sampah yang
berserakan. Kata-kata ini cukup ampuh untuk menggerakkan aksi ini. Hahaha.,,, Jangan
cuma bisa menasihati santriny aja, tapi juga harus bisa memberi contoh berupa
tindakan nyata yaaaa...
Evaluasi:
“Mari kita buka dengan salam dan do’a sebelum makan...”
gumamku. Karena sebuak kotak nasi sudah ada di depanku. Artinya waktu untuk
makan sudah di depan mata. Tinggal buka mulut dan GOAL... evaluasinya ditunda
dulu yaaa. Nunggu informasi dari panitia,,, Mungkin besok atau besoknya lagi,,,
Tunggu cerita-ku selanjutnya yaaa...
No comments:
Post a Comment